Arsitektur dan Rancang Bangun Borobudur
Selamat datang di Borobudur, salah satu bangunan suci agama Buddha sebagai situs Warisan Budaya Dunia. Kemegahan dan keindahan Borobudur mempunyai nilai sejarah tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Chandi Borobudur sebagai objek wisata utama, dan juga tujuan wisata prioritas bagi pengunjung nusantara maupun mancanegara.
Chandi Borobudur menarik antusiasme yang luar biasa untuk mengunjungi dan mendalami beberapa sumber narasi dalam wisata tematik, dengan tujuan untuk mengenal lebih dekat sejarah, arsitektur, dan seni rupa bangunan ini.
Pemandu wisata yang ramah akan menemani dalam kesempatan menarik ini, memberikan narasi dan penjelasan sebagai wujud apresiasi atas kajian dan partisipasi dalam menjaga, melindungi dan melestarikan warisan budaya leluhur.
Wisata yang menyenangkan dalam mengenal dan melihat seni arsitektur dan desain, serta rancang bangun pembangunan Candi Borobudur.
Dilihat dari stupa teras melingkar, tampak seperti profil orang yang terbaring di lereng gunung. Hidung dan dagunya tergambar dengan jelas. Konon di punggung bukit tersebut terdapat Gunadharma, arsitek Chandi Borobudur, yang menurut tradisi dipercaya menjaga ciptaannya selama berabad-abad.
Legenda Gunadharma adalah cerita rakyat mengenai perbukitan Menoreh yang sangat mirip bentuknya dan menyerupai tubuh orang berbaring. Dongeng lokal ini menceritakan bahwa tubuh Gunadharma berubah menjadi jajaran perbukitan Menoreh.
Perancangan Borobudur
Chandi Borobudur mempunyai desain yang berbeda dengan bangunan candi pada umumnya, bangunan ini tidak didirikan di atas tanah yang datar, dengan bagian alas mendatar, dan mempunyai suatu ruang didalam untuk penobatan arca. Borobudur merupakan bangunan piramida berundak, yang terdiri dari sembilan teras bertingkat, dan dimahkotai dengan stupa besar yang berbentuk lonceng.
Penggalian arkeologi di Borobudur pada masa rekonstruksi menunjukkan bahwa penganut agama Hindu atau kepercayaan pra-India sudah mulai membangun bangunan besar di bukit Chandi Borobudur sebelum situs tersebut diambil alih oleh umat Buddha. Fondasinya tidak seperti fondasi tempat suci Hindu atau Budha, dan oleh karena itu, struktur aslinya dianggap lebih asli Jawa daripada Hindu atau Budha.
Chandi Borobudur dibangun dalam bentuk stupa besar tunggal, jika dilihat dari atas berbentuk Mandala Buddha Tantra yang juga melambangkan kosmologi dan alam batin Buddha. Desain Borobudur berbentuk piramida berundak. Dahulu kebudayaan megalitik prasejarah Austronesia yang berkembang di Indonesia dibangun dalam beberapa bentuk seperti gundukan tanah dan struktur piramida berundak yang terbuat dari batu yang disebut punden berundak.
Fondasi aslinya berbentuk persegi, panjang sekitar 118 meter (387 kaki) di setiap sisinya. Bangunan ini mempunyai sembilan tingkat, enam tingkat terbawah berbentuk persegi dan tiga tingkat teratas berbentuk lingkaran. Teras atas mempunyai tujuh puluh dua stupa kecil yang mengelilingi stupa induk terbesar. Setiap stupa berbentuk lonceng dan bertautan dengan banyak lubang dekoratif. Patung Buddha berada di dalam pagar terbuka.
Ketiga bagian candi melambangkan tiga “alam” dalam kosmologi Budha, yaitu Kamadhatu (dunia nafsu), Rupadhatu (dunia wujud), dan terakhir Arupadhatu (dunia tanpa wujud). Makhluk hidup biasa menjalani kehidupannya pada tingkat paling rendah, alam nafsu. Mereka yang telah terbakar habis, melenyapkan segala hasrat untuk terus hidup meninggalkan dunia hasrat dan hidup di dunia hanya dalam bidang bentuk: mereka melihat bentuk namun tidak tertarik padanya. Yang terakhir, para Buddha sepenuhnya melampaui bentuk dan mengalami realitas pada tingkat yang paling murni dan mendasar, yaitu samudra nirwana yang tak berbentuk.
Chandi Borobudur denah dasarnya berbentuk Mandala. Borobudur Mandala, merupakan lambang alam semesta dalam kosmologi Buddha. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Pembebasan dari siklus Samsara di mana jiwa yang tercerahkan tidak lagi melekat pada bentuk-bentuk duniawi sesuai dengan konsep Sunyata yaitu kekosongan total atau ketiadaan diri. Kamadhatu diwakili oleh alasnya, Rupadhatu dengan lima teras persegi (tubuh), dan Arupadhatu dengan tiga teras melingkar dan sebuah stupa puncak yang besar.
Ciri arsitektural antara ketiga tahapan tersebut mempunyai perbedaan metaforis. Misalnya, dekorasi persegi yang jelas di Rupadhatu menghilang ke dalam teras melingkar polos di Arupadhatu untuk mewakili bagaimana dunia bentuk adalah di mana manusia masih terikat pada bentuk dan nama, kemudian berubah menjadi dunia tanpa bentuk. Ketiga tahapan, perbedaan metafora, dekorasi persegi dan detil pada Rupadhatu menghilang menjadi teras melingkar polos di Arupadhatu.
Struktur atasnya jelas dibedakan dengan teras. Terdiri dari tiga platform masuk kembali melingkar, yang masing-masing menopang deretan stupa-stupa berlubang. Melewati deretan stupa yang disusun melingkar konsentris, kubah tengah di atas seluruh monumen menjulang ke angkasa hingga ketinggian hampir 35 m di atas permukaan tanah. Akses serangkaian gerbang, sebuah tangga mengarah langsung ke teras melingkar, melalui koridor teras-teras persegi. Tangga dipasang dari dataran rendah ke dataran tinggi, dan dihubungkan dengan tangga candi.
Pintu masuknya dijaga oleh arca singa, sedangkan arca singa lainnya mengawasi berbagai tingkat piramida, jumlah total 32 patung singa. Di sudut-sudut tingkatan dipasang cerat untuk mengalirkan air hujan dari galeri. Sejumlah 100 cerat diukir dalam bentuk makara (gargoyle).
Chandi Borobudur dibangun di atas bukit alami yang panjang punggung bukitnya diratakan dan diubah menjadi dataran tinggi. Bagian utama dataran tinggi menjadi lokasi monumen. Dinding di puncak bukit ini masih utuh. Dataran di bagian utara - barat bukit menjadi lokasi biara.
Dataran tinggi Borobudur berada beberapa meter lebih tinggi dari dataran sekitarnya, puncak bukit menjulang paling tinggi di atas dataran tinggi. Letaknya di atas bukit yang dibangun. Ketinggian puncak bukit tidak cukup untuk dijadikan inti struktur. Teknik bangunan yang digunakan dalam konstruksi candi Borobudur di atas batu. Bahannya tidak dikumpulkan dari tambang, tapi diambil dari sungai tetangga. Batu-batu tersebut dibentuk dan dipotong sesuai ukuran, diangkut ke lokasi, dan diletakkan tanpa mortar.
Batu-batu tersebut dibuat untuk digenggam dengan menggunakan ekor merpati pada sambungan horizontal, dan lekukan pada sambungan vertikal. Penggunaan kenop di satu sisi batu yang dimasukkan ke dalam lubang yang sesuai di sisi berikutnya sering terjadi. Pengaturan ini memberikan fleksibilitas tertentu, sehingga monumen berdiri dengan gerakan ringan tanpa mengalami bahaya keruntuhan. Ketika bangunan selesai, ukiran dan hiasan lainnya ditambahkan. Biasanya dimulai dari atas, tetapi bisa juga ditambahkan secara bersamaan di beberapa bagian.
Arsitektur Borobudur
Arsitektur Borobudur merupakan mahakarya seni rupa Buddha Indonesia, sebagai contoh puncak pencapaian keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha di Jawa.
Arca Budha di dalam stupa terbuka Borobudur Salah satu arca Buddha di dalam stupa berterawang di Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Perancangan Borobudur menggunakan satuan ukur tala, yaitu panjang wajah manusia antara ujung garis rambut di dahi hingga ujung dagu, atau jarak jengkal antara ujung ibu jari dengan ujung jari kelingking ketika telapak tangan dikembangkan sepenuhnya. Satuan ini bersifat relatif dan sedikit berbeda antar individu, akan tetapi satuan ini tetap pada monumen ini.
Penelitian pada 1977 menjelaskan rasio perbandingan 4:6:9 yang ditemukan di monumen ini. Arsitek menggunakan formula ini untuk menentukan dimensi yang tepat dari suatu fraktal geometri perulangan yaitu swa-serupa dalam rancangan Borobudur. Rasio matematis ini juga ditemukan dalam rancang bangun Candi Mendut dan Pawon di dekatnya. Arkeolog yakin bahwa rasio 4:6:9 dan satuan tala memiliki fungsi dan makna dalam penanggalan, astronomi, dan kosmologi. Hal yang sama juga berlaku di candi Angkor Wat di Kamboja.
Struktur bangunan dapat dibagi atas tiga bagian: dasar (kaki), tubuh, dan puncak. Dasar berukuran 123×123 m (403.5 × 403.5 ft) dengan tinggi 4 meter (13 ft). Tubuh candi terdiri atas lima batur teras bujur sangkar yang makin mengecil di atasnya. Teras pertama mundur 7 meter (23 ft) dari ujung dasar teras. Tiap teras berikutnya mundur 2 meter (6.6 ft), menyisakan lorong sempit pada tiap tingkatan.
Struktur tiga bagian Borobudur Struktur tiga bagian menjelaskan bagian dasar (kaki), tubuh, dan puncak candi Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Bagian atas terdiri atas tiga teras melingkar, tiap tingkatan menopang barisan stupa berterawang yang disusun secara konsentris. Terdapat stupa utama yang terbesar di tengah; dengan pucuk mencapai ketinggian 35 meter (115 ft) dari permukaan tanah. Tinggi asli Borobudur termasuk chattra (payung susun tiga) yang kini dilepas adalah 42 meter (138 ft).
Motif Kala-Makara lazim ditemui dalam arsitektur pintu candi di Jawa. Pintu utama terletak di sisi timur, sekaligus titik awal untuk membaca kisah relief. Tangga ini lurus terus tersambung dengan tangga pada lereng bukit yang menghubungkan candi dengan dataran di sekitarnya.
![]() |
Gapura Kala-Makara Borobudur Salah satu Tangga Borobudur yang mendaki melalui gapura berbentuk ukiran Kala-Makara Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Tangga terletak pada bagian tengah keempat sisi mata angin yang membawa pengunjung menuju bagian puncak monumen melalui serangkaian gerbang pelengkung yang dijaga 32 arca singa. Gawang pintu gerbang dihiasi ukiran Kala pada puncak tengah lowong pintu dan ukiran makara yang menonjol di kedua sisinya.
![]() |
Arca singa pintu gerbang Borobudur Salah satu patung singa penjaga disetiap pintu gerbang Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Konsep Rancang Bangun
Borobudur amat berbeda dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak dibangun di atas permukaan datar, tetapi di atas bukit alami. Teknik pembangunannya serupa dengan candi-candi lain di Jawa. Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain.
Para ahli arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa dan berat stupa raksasa yang luar biasa besar ini sangat membahayakan tubuh dan kaki candi. Arsitek perancang Borobudur memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang.
Tahapan pembangunan Borobudur:
1. Tahap Pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui secara pasti, kurang lebih diperkirakan sekitar kurun waktu tahun 750 M hingga 850 M.
Rancang bangun tahap pertama Candi Borobudur Ilustrasi bentuk penampang rancang bangun awal Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Borobudur dibangun diatas bukit alami, pada bagian atas bukit diratakan dan bagian pelataran datar diperluas. Sesungguhnya bangunan ini tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, pada bagian bukit tanah dipadatkan dan kemudian ditutup dengan struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis.
Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak.
2. Tahap Kedua dan Ketiga
Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang sangat besar.
Rancang bangun tahap kedua dan ketiga Candi Borobudur Ilustrasi bentuk penampang rancang bangun tahap kedua dan ketiga Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
3. Tahap Keempat
Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran.
Rancang bangun tahap keempat Candi Borobudur Ilustrasi bentuk penampang rancang bangun tahap keempat Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga.
Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong struktur bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada bagian atas akan disebarkan ke sisi luar bagian bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk.
Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu.
4. Tahap Kelima
Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki.
Rancang bangun tahap kelima Candi Borobudur Ilustrasi bentuk penampang rancang bangun akhir Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Sepuluh pelataran Borobudur menggambarkan filsafat mazhab Mahayana secara bersamaan menggambarkan kosmologi yaitu konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran dalam ajaran Buddha. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
Dasar denah bujur sangkar berukuran 123 meter (404 ft) pada tiap sisinya. Bangunan ini memiliki sembilan teras, enam teras terbawah berbentuk bujur sangkar dan tiga teras teratas berbentuk lingkaran.
Pada tahun 1885, dalam penelitian pada bangunan ini, ditemukan struktur tersembunyi yang berada di kaki Borobudur yang disebut dengan 'Kaki tersembunyi'. Pada kaki candi ini terdapat relief yang berjumlah 160 panil relief, menjelaskan di antaranya adalah relief cerita Karmawibhangga. Pada relief panel ini terdapat suatu ukiran atau seperti aksara, tulisan yang merupakan petunjuk bagi pengukir untuk membuat suatu adegan dalam gambar-gambar relief cerita.
Kaki asli ini tertutup oleh penambahan struktur batu-batu yang membentuk pelataran yang cukup luas, dan fungsi sesungguhnya masih menjadi misteri. Awalnya diduga penambahan kaki ini untuk mencegah kelongsoran pada monumen. Teori lain menjelaskan bahwa penambahan kaki ini disebabkan karena suatu kesalahan perancangan kaki asli, dan tidak sesuai dengan Wastu Sastra, yaitu kitab India mengenai bentuk arsitektur dan tata kota. Alasan penambahan dan pembuatan kaki tambahan, dilakukan secara teliti dan mempertimbangkan alasan keagamaan, estetik, dan teknis.
Ketiga tingkatan ranah spiritual dalam kosmologi Buddha, menjelaskan bagian-bagian Borobudur adalah sebagai berikut:
Kamadhatu
Bagian kaki melambangkan dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi.
Relief Cerita dinding kaki candi Borobudur Keindahan seni ukir salah satu relief cerita Borobudur di dinding Kaki Candi Tersembunyi Borobudur sudut tenggara (Hidden Foot). Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Pada bagian kaki asli terdapat 160 panel cerita Karmawibhangga yang kini tersembunyi. Sebagian kecil struktur tambahan di sudut tenggara dibuka sehingga dapat dilihat beberapa relief pada bagian ini. Struktur batu andesit kaki tambahan yang menutupi kaki asli ini memiliki volume 13.000 meter kubik.
Rupadhatu
Empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada dindingnya dihiasi galeri relief dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar relief. Panjang relief seluruhnya 2,5 km dengan 1.212 panel berukir dekoratif.
Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk atau relung dinding di atas pagar langkan atau selasar. Aslinya terdapat 432 arca Buddha di dalam relung-relung terbuka di sepanjang sisi luar di pagar langkan.
Pada pagar langkan terdapat sedikit perbedaan rancangan yang melambangkan peralihan dari ranah Kamadhatu menuju ranah Rupadhatu; pagar langkan paling rendah dimahkotai ratna, sedangkan empat tingkat pagar langkan diatasnya dimahkotai stupika (stupa kecil). Bagian teras-teras bujursangkar ini kaya akan hiasan dan ukiran relief.
Arupadhatu
Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu yang kaya akan relief, mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Teras-teras lingkaran Arupadhatu Keindahan seni ukir salah satu relief cerita Borobudur di dinding-dinding dan pagar langkan. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
Pada pelataran lingkaran terdapat 72 dua stupa kecil berterawang yang tersusun dalam tiga barisan yang mengelilingi satu stupa besar sebagai stupa induk. Stupa kecil berbentuk lonceng ini disusun dalam 3 teras lingkaran yang masing-masing berjumlah 32, 24, dan 16 (total 72 stupa). Dua teras terbawah stupanya lebih besar dengan lubang berbentuk belah ketupat, satu teras teratas stupanya sedikit lebih kecil dan lubangnya berbentuk kotak bujur sangkar. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang lubang seperti dalam kurungan.
Struktur Bangunan
Tingkatan tertinggi Borobudur yang menggambarkan ketiadaan wujud yang sempurna dilambangkan berupa bentuk stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa ini digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Didalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga Buddha yang tidak rampung, yang disalahsangkakan sebagai patung 'Adi Buddha'. Padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada dan ditemukan patung di dalam stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan dari pemahatnya pada zaman dahulu.
Menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini. Stupa utama yang dibiarkan kosong diduga bermakna melambangkan kebijaksanaan yang tertinggi, yaitu kasunyatan, kesunyian dan ketiadaan sempurna di mana jiwa manusia sudah tidak terikat oleh hasrat, keinginan, dan bentuk serta terbebas dari lingkaran samsara.
Terdapat sekitar 55.000 meter kubik batu andesit yang diangkut dari tambang batu dan tempat penatahan untuk membangun monumen ini. Batu-batu ini dipotong dalam ukuran tertentu, diangkut menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan semen.
Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock (saling kunci) yaitu seperti balok-balok lego yang bisa menempel tanpa perekat. Batu-batu ini disatukan dengan tonjolan dan lubang yang tepat dan muat satu sama lain, serta bentuk "ekor merpati" yang mengunci dua blok batu. Relief dibuat di lokasi setelah struktur bangunan dan dinding rampung.
Monumen ini dilengkapi dengan sistem drainase untuk wilayah dengan curah hujan yang tinggi. Untuk mencegah genangan dan kebanjiran, 100 pancuran dipasang disetiap sudut, masing-masing dengan rancangan berbentuk kepala raksasa kala atau makara.
Borobudur amat berbeda dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak dibangun di atas permukaan datar, tetapi di atas bukit alami. Teknik pembangunannya serupa dengan candi-candi lain di Jawa. Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain.
![]() |
Arca Buddha dan Stupa Borobudur Salah satu arca Budha didalam stupa terbuka dan stupa utama Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Borobudur Stupa
Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Secara umum rancang bangun Borobudur mirip dengan piramida berundak. Dilorong-lorong inilah umat Buddha melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Borobudur berfungsi sebagai sebuah stupa, bangunan suci untuk memuliakan Buddha dibangun sebagai lambang penghormatan dan pemuliaan kepada Buddha. Rancangannya menunjukkan bahwa bangunan tempat peribadatan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur teras bertingkat-tingkat perkembangan dari bentuk punden berundak masa prasejarah Indonesia.
Teras stupa Borobudur Salah satu teras Borobudur dengan deretan stupa dan pemandangan bukit Menoreh disebelah selatan. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
BorobudurCandi Borobudur merupakan situs warisan budaya dunia atau World Heritage Site, candi Buddha ini terletak di atas sebuah bukit di dataran yang dikelilingi oleh dua gunung Sundoro-Sumbing di barat laut dan Merbabu-Merapi di timur laut, di utara adalah bukit Tidar, dan di selatan adalah pegunungan Menoreh, dan terletak di dekat pertemuan dua sungai, Progo dan Elo di sebelah timur. Terletak Borobudur atau Barabudur, namanya berasal dari dua kata, yaitu kata 'bara' berasal dari kata 'biara' yang berarti tempat ibadah atau pura umat Buddha, dan kata 'budur' berasal dari bahasa Bali. kata 'beduhur' yang berarti 'di atas' atau 'bukit'. Kemudian arti kata 'biara dan beduhur' berubah menjadi Bara Budur, karena bunyinya bergeser menjadi Borobudur yang berarti candi atau biara di atas bukit. |
Relief Cerita Borobudur Keindahan seni ukir salah satu relief cerita Borobudur di dinding-dinding dan pagar langkan. Sumber: Balai Konservasi Borobudur. Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Bentuk seni gambar relief cerita Borobudur Keindahan seni ukir salah satu relief cerita Borobudur di dinding-dinding dan pagar langkan. Sumber: Balai Konservasi Borobudur. Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide.
Dalam narasi sejarah Borobudur disebutkan ukiran panil relif yang terpahat pada dinding kaki candi dalam teks Karmawibhangga, tentang persembahan alas kaki yang disebut dengan 'Upanat' kepada Brahmana.
Menjelaskan bahwa 'Upanat' merupakan alas kaki yang digunakan pada saat mengunjungi teras Candi Borobudur. Kunjungan ini bertujuan untuk lebih mengenal Borobudur, mempelajari sejarahnya, mengikuti wisata tematik serta mengagumi kemegahan dan seni rupa monumen ini. Hal ini sebagai bentuk apresiasi dan mengenal Borobudur, serta berperan dalam menjaga dan melindungi situs warisan budaya dunia di Borobudur, Indonesia.
Arca Budha didalam stupa terbuka. Chandi Borobudur atau Barabudur merupakan candi Buddha Mahayana yang dibangun pada abad ke-9, terdiri dari sembilan teras bertingkat, enam teras persegi, dan tiga teras melingkar, di atasnya terdapat kubah tengah, dikelilingi oleh 72 stupa dan dihiasi 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. Chandi Borobudur or Barabudur is a 9th–century Mahayana Buddhist temple, which consists of nine stacked platforms, six square and three circular, topped by a central dome, surrounded by 72 stupas and decorated with 2,672 relief panels and 504 Buddha statues. Source: Guidance Technique Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Baca narasi dan materi lengkap tentang Chandi Borobudur dengan berkunjung dan jadikan wisata Anda semakin menyenangkan, jelajahi lebih detail narasi tematik budaya Borobudur bersama Pamong Carita. Membaca menjadi lebih menyenangkan, menggali narasi lebih detail dan membaca dalam bahasa Inggris memang menyenangkan dan juga terkesan sangat menarik untuk diterjemahkan ke dalam bahasa yang mudah dan fleksibel, dapatkan bacaan detail di Welcome to Borobudur Temple, the fabric of life in the Buddhist culture. Jelajahi, kagumi keindahan seni rupa dalam gambar dan foto di PHOTO IMAGE BOROBUDUR.
Comments
Post a Comment